Apakah Teknologi Membuat Kita Lebih Manusiawi?
Teknologi: Sahabat atau Musuh Kemanusiaan Kita?
Photo by Christina @ wocintechchat.com on Unsplash
Kamu pernah nggak sih ngerasain saat lagi makan sama teman-teman, tapi semua pada sibuk scroll HP masing-masing? Atau ketika ada yang ulang tahun, malah pada sibuk upload story daripada nyanyi bareng? Inilah dilema zaman now. Di satu sisi teknologi bikin hidup lebih mudah, tapi di sisi lain kita mulai bertanya: apakah teknologi membuat kita lebih manusiawi atau justru menjauhkan kita dari makna menjadi manusia?
Table of Contents
Ketika Like Menggantikan Peluk
Saya sering mikir, apakah kita sekarang lebih peduli sama jumlah like dibanding senyuman asli? Teknologi media sosial bikin kita bisa terhubung dengan ribuan orang, tapi kadang malah ngerasa lebih sepi. Kamu bisa punya 1000 teman di Facebook, tapi nggak ada yang nengok ketika kamu sakit. Ironis banget kan? Kita jadi ahli dalam komunikasi virtual, tapi gagap saat harus ngobrol empat mata. -bercanda
Tapi nggak semua salah teknologi kok. Banyak juga yang jadi lebih peduli berkat platform donasi online atau gerakan sosial digital. Pertanyaannya, apakah teknologi membuat kita lebih manusiawi ketika digunakan untuk hal baik, atau justru jadi alat pelarian dari interaksi nyata? Mungkin jawabannya ada di bagaimana kita memakainya.
Teknologi yang Memperdalam atau Merenggangkan?
Ada cerita lucu sekaligus miris. Kemarin saya lihat seorang bapak ngajak anaknya jalan-jalan ke mall. Si bapak sibuk teleconference, si anak asyik main game. Mereka duduk berdampingan tapi seolah di dunia berbeda. Ini yang bikin saya khawatir. Teknologi seharusnya jadi alat untuk memperdalam hubungan, bukan tembok penghalang. -bercanda
Di sisi lain, teknologi juga memungkinkan kakek-nenek bertemu cucu via video call, teman lama yang terpisah benua bisa tetap terhubung, atau orang dengan disabilitas yang mendapat kesempatan lebih luas. Jadi, apakah teknologi membuat kita lebih manusiawi? Mungkin tergantung pada pilihan kita: memanfaatkannya untuk mempererat ikatan atau membiarkannya mengikis kehangatan manusiawi.
Manusia di Balik Layar
Teknologi itu seperti pisau. Bisa untuk memotong sayuran buat makan keluarga, bisa juga buat melukai. Sama seperti media sosial yang bisa menyebarkan kebaikan atau justru kebencian. Pertanyaan "apakah teknologi membuat kita lebih manusiawi" sebenarnya adalah pertanyaan tentang diri kita sendiri.
Kita yang memutuskan mau pakai teknologi untuk apa. Buat stalk mantan seharian atau buat belajar skill baru. Buat berantem di kolom komentar atau buat menggalang dana bencana. Teknologi nggak akan pernah bisa menggantikan kehangatan pelukan ibu, tapi bisa membantu kamu mengirim pesan "I love you" ketika jauh darinya.
Jadi, daripada sibuk menyalahkan teknologi, mungkin kita perlu lebih sering bertanya pada diri sendiri: sudahkah saya menggunakan ini untuk menjadi manusia yang lebih baik? Karena pada akhirnya, teknologi cuma alat. Kemanusiaan kitalah yang menentukan apakah itu akan memperbesar atau mengecilkan hati kita. -bercanda