Hal yang Diperhatikan dalam Menulis Kritik Sastra
Pernah baca ulasan buku yang bikin kamu mangut-mangut atau justru geleng-geleng kepala? Kritik sastra yang tajam tapi adil itu seperti pisau bedah—harus tepat sasaran, tidak asal tebas. Nah, kalau kamu penasaran gimana cara menulis kritik sastra yang berbobot tanpa bikin penulisnya tersinggung atau pembaca muak, simak sampai habis!
1. Pahami Dulu Apa Itu Kritik Sastra
Sebelum menulis kritik sastra, kamu harus tau bahwa ini bukan sekadar “suka” atau “tidak suka”. Kritik sastra adalah analisis mendalam tentang karya sastra dari segi tema, gaya bahasa, karakter, hingga pesan moral. Bedakan dengan review biasa yang lebih subjektif!
2. Baca Karyanya Minimal 2 Kali
Percaya deh, baca sekali itu belum cukup untuk menulis kritik sastra yang solid. Bacaan pertama untuk menangkap kesan umum, bacaan kedua untuk mengulik detail simbol, metafora, atau kejanggalan plot yang mungkin terlewat.
3. Jangan Asal Serang Pengarangnya
Kritik yang sehat fokus pada karya, bukan kepribadian penulis. Daripada bilang “Penulisnya pasti tidak pernah sekolah”, lebih baik tulis “Pengembangan tokoh terasa dangkal karena…”
4. Siapkan Bukti dari Teks
Kalau bilang “Bahasa terasa kaku”, tunjukkan contoh kalimatnya. Kritik tanpa bukti seperti telur tanpa kuning—kosong!
5. Perhatikan Struktur Tulisan
Kritik sastra yang baik punya alur jelas: pengantar singkat, ringkasan karya (tanpa spoiler berlebihan), analisis mendalam, lalu kesimpulan. Jangan lompat-lompat seperti kutu!
6. Bandingkan dengan Karya Sejenis (Opsional)
Ini bisa memperkaya analisis. Misal, “Novel ini mirip tema dengan karya A, tapi kurang berani dalam…” Tapi jangan membandingkan apel dengan jeruk, ya!
7. Jujur tapi Tidak Kejam
Kritik bukan ajang pamer kecerdasan. Gunakan kalimat seperti “Menurut saya…” atau “Mungkin akan lebih kuat jika…” ketimbang “Ini jelek banget!”.
8. Perhatikan Kaidah Bahasa
Jangan sampai kritikmu penuh typo atau struktur kacau. Percuma mengkritik gaya bahasa orang kalau tulisanmu sendiri berantakan!
9. Tawarkan Solusi (Jika Memungkinkan)
Daripada hanya mengeluh, berikan saran konstruktif. Misal, “Adegan ini bisa lebih impactfull dengan…”
10. Baca Ulang Sebelum Publikasi
Pastikan tidak ada nada merendahkan atau kesalahan fakta. Ingat, kritik sastra yang baik itu seperti obat pahit—tapi menyembuhkan!
Fakta Menarik! Tahukah kamu? Menurut catatan sejarah, kritik sastra tertua berasal dari Yunani Kuno abad ke-4 SM oleh Aristoteles dalam karyanya “Poetics” yang menganalisis tragedi. Tapi jangan khawatir, kamu tidak perlu sehebat Aristoteles untuk mulai menulis kritik sastra!
Nah, sekarang kamu sudah tahu hal yang diperhatikan dalam menulis kritik sastra. Ingat, tujuan utama bukan menjatuhkan, tapi membangun diskusi sehat tentang karya sastra. Jadi, sudah siap mencoba? Ambil buku favoritmu dan mulai praktik!
Tips Tambahan: Kalau masih ragu, coba baca dulu contoh kritik sastra di media ternama seperti The New York Times Book Review atau rubrik sastra di Koran Tempo. Perhatikan bagaimana mereka menyampaikan kritik pedas sekalipun dengan elegan!